Catatan Resepsi Puncak 1 Abad Nahdlatul Ulama di Gelora Delta Sidoarjo

Oleh: Affan Ashari, S.Pd.I.

Detak-detak kemeriahan mulai berdenyut, sinyal gegap gempita puncak acara mulai digaungkan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan. Tiket perjalanan yang laris diborong, mulai tiket pesawat, tiket kapal laut bahkan tak ketinggalan tiket perjalanan daratpun banyak yang kehabisan. Kaum bersarung dan berjilbab mulai dari Sabang sampai Merauke datang berduyun-duyun tumpah ruah di stadion Delta Sidoarjo. Mereka rela hadir dari kota nan jauh disana dengan tiket perjalanan yang tak murah pastinya dan ditambah lagi ada beberapa dari mereka yang rela dan ikhlas mengeluarkan sangunya guna tiket bermalam di hotel atau hanya sekadar di penginapan biasa. Acara yang menghadirkan ribuan santri bahkan jutaan santri dari seantero penjuru kota. Berkumpul bersatu demi cintanya pada sang Kyai. 

Hawa panas kota Sidoarjo dan suasana berdesak-desakan tak menjadi halangan bagi mereka, bahkan dari mereka ada yang tidak kebagaian tempat duduk dan terpaksa di luar stadion dengan  rela berdiri sepanjang acara demi khidmat kepada sang Kyai. Kyai yang sangat dihormati walau sang Kyai sudah tak ada lagi tetapi energi magnetnya tetap hidup bersinar sepanjang masa dan seakan menarik para pengikutnya untuk bisa berkumpul lagi menggapai ridho Illahi. Kyai kharismatik itu tak lain yaitu Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari, lahir pada tanggal 10 April 1875 dan wafat pada 25 Juli 1947 dimakamkan di makam keluarga pondok pesantren Tebu Ireng yang ada di Kabupaten Jombang. KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim.Merunut silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) KH. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah Nabi Muhammad Saw.

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. berawal menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang didapatnya lalu melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Muhammad Cholil Bangkalan Madura.

KH Hasyim Asyari adalah pendiri Nahdatul Ulama atau yang disingkat dengan NU menurut penanggalan Hijriah pada tahun 2023 berusia 100 tahun atau satu abad. Organisasi ini berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.

NU adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak awal pendirian NU, NU dari waktu ke waktu berkontribusi besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan belanda, para ulama pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (ASWAJA) mendirikan jam’iyah atau organisasi NU di kediaman KH Abdul Wahab Chasbullah di Kertopaten. Pada saat mendirikan NU, para kiai juga mendiskusikan nama organisasi yang akan digunakan. Tersebutlah usulan nama Nuhudlul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Namun, KH Mas Alwi Abdul Aziz kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Alasannya, konsekuensi penggunaan kata nahdlatul adalah kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad lalu. Kini NU tetap berdiri kokoh tak tumbang oleh zaman walau usianya sudah mencapai 1 abad. Sudah berganti masa tetapi namanya tetap menggema di hati para pecinta sang kyai. Kyai pewaris para nabi yang harus kita teladani untuk menggapai ridho Illahi. Selamat Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama. Semoga senantiasa menjadi pilar strategis umat dan bangsa serta menebarkan semangat kemandirian untuk kehidupan yang lebih baik dan tetap jaya selalu. Aamiin. 

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman