Gangguan Belajar yang Sering Terjadi

Oleh : Umi Mu’arifah, S.Kom., S.Pd

Sebagai orang tua, menemani atau mendampingi si kecil saat belajar menjadi suatu keharusan. Saat mendampingi si kecil belajar, orang tua harus siap memberikan pertolongan dengan membantu kesulitan yang dihadapi anak, mengatasi masalah belajar, memberi dukungan kepada anak, dan menjadi teladan bagi anak-anak. Dewasa ini semakin sering kita mendengar serta menemukan kesulitan anak untuk membaca, menulis, mengeja, atau berbicara. Bisa saja hal ini terjadi bukan karena anak malas belajar, tetapi anak mengalami disleksia. Apa dan bagaimana disleksia serta cara penangannya? Mari kita simak artikel berikut!

Disleksia merupakan salah satu jenis penyakit mental pada anak-anak atau kerap juga dikenal dengan gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Disleksia tergolong sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak atau orang dewasa. Meskipun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan penderitanya.

Penyebab Disleksia

Salah satunya adalah keturunan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga atau kerabat yang memiliki disleksia, memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang sama. Sementara itu, beberapa ahli meyakini bahwa mereka yang menderita disleksia tidak menggunakan bagian otak kiri mereka, bagian yang mengatur kemampuan mengeja dan membaca dengan semestinya.

Banyak orang percaya bahwa para penderita disleksia memiliki masalah dalam mengolah fonem, divisi terkecil dari suara ketika sebuah kata diucapkan. Membaca dan menulis menjadi kegiatan yang sulit untuk dilakukan karena otak harus merangkai huruf untuk membentuk kata, kemudian kalimat, atau paragraf untuk menjelaskan maksud mereka secara tepat.

Gejala

Rata-rata gejala disleksia akan mulai muncul sejak penderita berusia muda. Beberapa gejala yang telah diketahui antara lain:

  1. Kreatif dan pandai
  2. Kesulitan dalam membaca dan menulis
  3. Pintar dalam berbicara
  4. Buruk dalam menulis
  5. Terlambat dalam belajar berbicara
  6. Kesulitan dalam belajar bahasa baru, terutama bahasa asing
  7. Kebingungan dalam menulis dan membaca huruf, kata, dan angka
  8. Kesulitan dalam mengikuti kegiatan di sekolah
  9. Kesulitan dalam membaca arah
  10. Pendengaran yang lebih tajam
  11. Khayalan yang kuat
  12. Memiliki masalah dengan penglihatan (meskipun hasilnya mungkin sebaliknya)
  13. Sering disebut kikuk atau memiliki masalah untuk berhubungan sosial
  14. Memiliki kemampuan gambar-ruang (visual-spatial) yang baik

Untuk usia sekolah, kesulitan berbahasa dan menjadi gejala disleksia, seperti:

  1. Mengalami kesulitan membaca dan mengeja.
  2. Sulit menghafal alfabet.
  3. Huruf terbalik-balik, misalnya “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi”.
  4. Menggunakan jari untuk menghitung.
  5. Konsentrasi buruk.
  6. Tidak mengerti apa yang dibaca.
  7. Menulis lama sekali.

Kesulitan lain yang bisa menjadi ciri-ciri disleksia saat usia sekolah adalah:

  1. Sulit mengenakan tali sepatu.
  2. Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari, atau nama bulan.
  3. Kehilangan rasa percaya diri.

Penyebab 

Meski penyebab disleksia belum diketahui, para ahli menduga bahwa gangguan disleksia bisa disebabkan oleh:

  1. adanya kelainan pada kerangka atau anatomi saraf
  2. faktor keturunan
  3. pengaruh interaksi lingkungan.

Jika penyebab disleksia karena kelainan pada fungsi intelektual, tidak diajarkan membaca, tidak mendapatkan kesempatan belajar, atau memiliki penyakit fisik, maka tidak termasuk ke dalam disleksia.

Pengobatan

Tidak ada obat dan teknik pengobatan tertentu untuk disleksia. Diagnosis yang tepat sangat penting dalam menentukan tingkat kelemahan dari penderita dan merancang metode pengobatan yang sesuai. Beberapa anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan ruang kelas. Namun, kebanyakan tidak. Jadi, orangtua sangat dianjurkan untuk memasukkan anak mereka ke sekolah dengan kelas khusus atau yang menawarkan kegiatan belajar dan latihan tambahan untuk membantu anak mereka yang memiliki disleksia. Anak-anak yang menderita disleksia dianjurkan untuk menemui seorang ahli terapi bahasa dan membaca serta seorang psikolog-saraf. Mereka juga sebaiknya menemui konsultan dan guru mereka. Disleksia dapat berdampak pada sikap dan perilaku mereka terhadap kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk tidak pernah berhenti mendukung anak mereka untuk terus berlatih menulis, membaca, dan berbicara. Harus diingat bahwa penderita disleksia sering menunjukkan kemampuan yang luar biasa, misalnya sangat inovatif, memecahkan masalah dengan sangat baik, dan kreatif. Bahkan, banyak penderita penyakit disleksia yang menjadi orang sukses.

Penanganan

Langkah sederhana yang bisa dilakukan orangtua yang anaknya didiaknosa menderita disleksia antara lain:

  1. Bacakan buku untuk anak-anak 

Waktu yang paling baik untuk membacakan buku adalah saat anak berusia 6 bulan, atau bahkan lebih muda. Saat anak sudah berusia lebih besar, cobalah membaca bersama-sama dengan anak.

  1. Bekerja sama dengan sekolah anak Anda

Bicarakan kondisi anak dengan guru atau kepala sekolah. Diskusikan juga cara yang paling tepat untuk membantu anak Anda supaya berhasil dalam pelajaran.

  1. Perbanyak waktu membaca di rumah

Anda mungkin bosan membacakan cerita yang sama dan berulang-ulang pada anak Anda. Namun pengulangan ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak untuk memahami cerita. Sehingga mereka menjadi tidak begitu asing lagi dengan tulisan dan cerita. Berikan juga waktu untuk anak Anda membaca sendiri tanpa bantuan Anda.

  1. Buatlah membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan

Anda dapat memilih topik bacaan ringan yang menyenangkan atau suasana membaca di tempat lain misalnya di taman. Menyemangati dan membujuk anak untuk membaca buku serta mendiskusikan isinya bersama-sama juga akan berguna. Hindarilah mencela saat anak melakukan kesalahan dalam membaca agar kepercayaan diri anak dapat dibangun.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia antara lain :

  1. Menggunakan media belajar

Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang pertama adalah dengan menggunakan media belajar. Seperti yang telah disebutkan di atas, anak disleksia cenderung lebih mudah memahami sesuatu dengan gambar. Untuk itu Anda bisa menggunakan media belajar berupa gambar untuk membantu memudahkan dalam mengenalkan huruf, membedakan huruf, hingga akhirnya anak disleksia mampu membaca dan menulis dengan lancar.

  1. Tingkatkan motivasi belajar pada anak

Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang kedua adalah dengan meningkatkan motivasi belajar pada anak. Meningkatkan motivasi belajar bisa Anda lakukan dengan membacakan sebuah cerita atau dongeng, kemudian memberitahukan segala manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan membaca dan menulis. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terdorong untuk bisa membaca dan menulis sendiri.

  1. Tingkatkan rasa percaya diri anak

Kondisi anak disleksia yang mengakibatkan kesulitan menulis dan membaca membuat sebagian anak disleksia mengalami depresi dan kehilangan rasa percaya diri karena kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah dan terkadang juga dikucilkan oleh teman-temannya. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak disleksia juga merupakan salah satu cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Dengan mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri anak, akan membuat anak disleksia memiliki semangat belajar yang lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.

  1. Jangan pernah menyalahkan anak atas kondisi yang dialaminya

Beberapa orang tua yang tidak siap memiliki anak dengan disleksia cenderung menyalahkan anak karena kondisi yang dideritanya. Padahal kondisi disleksia yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar bukan merupakan kesalahan yang dilakukan oleh anak, tetapi karena adanya kesalahan dalam otak anak. Menyalahkan anak atas kondisi yang dialaminya justru akan membuat anak semakin depresi.

  1. Selalu dampingi anak dalam belajar

Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia berikutnya adalah dengan selalu mendampingi anak dalam belajar. Dengan selalu melakukan pendampingan dalam belajar, anak akan lebih mengingat apa yang dipelajarinya. Selain itu pendampingan belajar secara rutin juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi anak untuk selalu belajar. (dari berbagai sumber)

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman