Masa Depan Hari Ini

Oleh : Umi Mu’Arifah, S.Kom, S.Pd.

Setiap kali kegiatan outing class selesai dilaksanakan, pastilah asatidz berhasil mengumpulkan barang-barang siswa yang tertinggal di sepanjang lokasi kegiatan. Kemudian barang-barang tersebut oleh para asatidz dipajang di lapangan sekolah dan tak lupa diumumkan untuk segera diambil bagi yang merasa memiliki. Namun setelah sekian hari lamanya tetap saja masih banyak barang tertumpuk!!!. 

Kisah yang lainnya lagi, salah satu ananda di kelas tiga sekolah dasar ada yang belum mampu mengikat tali sepatunya sendiri. Ananda masih sangat membutuhkan pendampingan pada waktu makan siang, urusan BAK dan BAB. 

Kenyataan tersebut, disebabkan orang tua yang masih terus melayani semua kebutuhan anaknya. Anak-anak kurang mampu melakukan hal-hal mendasar bagi hidupnya karena tidak diberi kesempatan oleh orang tua dan lingkungannya.  Akibatnya, ketidakmandirian ini terus terbawa hingga anak bertambah besar.  

Trend yang berkembang di masyarakat, meskipun tidak semua berada di perkotaaan dan lapisan menengah ke atas, para orang tua berat untuk tidak memanjakan anak. Ketersediaan berbagai fasilitas plus pembantu rumah tangga yang selalu melayani semua kebutuhan, lambat laun akan mengerdilkan kemampuan anak. Sungguh sangat disayangkan.

Pertanyaannya sampai kapan orang tua bisa mendampingi anak-anaknya?

Sebagai orang tua, sebagai umat Islam, juga sebagai hamba Allah Swt., tidak hanya urusan dalam mendidik anak, dalam segala hal marilah kita berbenah agar tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk menyesali apa yang sudah terjadi. Masa lalu tidak bisa diulang kembali, masa lalu hanya himpunan peristiwa yang terjadi sebelum sekarang. Yang ada di hadapan kita sekarang adalah masa kini. Tidak ada satupun yang tahu, apakah nanti atau besok masih hidup dan memiliki kesempatan memperbaiki diri. Kita tidak tahu berapa jatah umur kita untuk hidup di dunia ini, pendek atau panjang. Di sana, nama kita sudah tercatat dalam “daftar tunggu” yang mau tidak mau harus diikuti dan diterima dengan ikhlas dan lapang dada.

Sesungguhnya hakikat hidup di dunia ini adalah berisi cobaan dan ujian. Allah Swt. ciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji manusia, siapa yang paling baik amalnya dan merupakan suatu keharusan bahwa seorang mukmin akan mendapat ujian. Ujian kehidupan yang berkaitan dengan hartanya, dirinya, anak turunnya serta keluarganya. Setiap manusia akan diuji sesuai kadar agamanya, jika kuat dalam agamanya, maka akan diberikan ujian yang berat pula. 

Seorang mukmin dengan ketaqwaannya kepada Allah Swt. memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuat mengeluh bahkan stress, apalagi berputus asa. Karena keimanan yang kuat kepada Allah Swt. membuat kita yakin bahwa apapun ketetapan Allah Swt, yang terjadi itulah yang terbaik untuk kita. Dengan keyakinan ini pula Allah Swt. akan memberikan balasan kebaikan berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwa kita.

“ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan,” (QS. Al Ahqaf [46] : 13-14). 

Sebagai bekal menuju kampung akhirat, kita wajib mendekat pada ilmu agar mengetahui apa yang terkandung dalam Islam, mengetahui bagaimana berakidah yang benar, beribadah yang shalih, dan berakhlak yang mulia. Kuatnya keinginan terhadap ilmu akan memotivasi kita untuk lebih bersemangat memahami, mengkaji, dan mewujudkan. Bukan sekedar mengingat sesaat dan tak berselang lama sudah lupa kembali.

Islam diyakini sebagai satu syari’at maksudnya agar kita mengimani dan memahami bahwa syari’atnya (peraturan dan perundang-undangannya) saja yang paling adil dan beradab, serta bersifat universal meliputi alam semesta. Adapun hukum selainnya adalah batil, diskriminatif, dan tidak adil. Jika akidah dan syari’at ini diamalkan, maka akan tersebar akhlak yang mulia di tengah kehidupan manusia yang kini semakin jauh dari peradaban Islami. Melalui akidah yang lurus dan syari’at yang dilaksanakan, maka akan terwujud umat Islam yang benar-benar menjadikan Allah azza wa jalla sebagai  satu-satunya tujuan hidup (Allahu gaayatuna), rasulullah sebagai teladan dan panutan (ar-Rasul  qudwatuna), Al Quran sebagai undang-undang hidup (al-Qur’anu dusturuna), dan mati syahid adalah cita-cita tertinggi manusia (al-mautu fie sabilillahi asmai amaanina). 

Islam yang tegak akan syari’atnya, diciptakan Allah Swt. untuk semua makhluk-Nya. Islam merupakan fasilitas dalam meraih kemuliaan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hamba-hamba-Nya yang memiliki kesungguhan beriman kepada-Nya memilih menunda untuk bersenang-senang dan menikmati hingar-bingar dunia. Mereka hidup sewajarnya dengan meneladani Rasulullah dan para shalafush sholih.  Islam diturunkan tidak untuk tujuan keduniaan, melainkan untuk menegakkan kalimatullah dan mencapai keridhoan-Nya.

Sejatinya kita memulai lagi dari awal segala sesuatu yang telah kita akhiri. Hari ini akan menjadi masa lalu untuk hari berikutnya, dan hari berikutnya adalah masa depan hari ini. Untuk itu, jalani hari ini dengan sebaik-baiknya. Jangan menunda-nunda pekerjaan, jangan sia-siakan kesempatan, jangan hanya menjadi angan-angan, segera realisasikan. Jika bisa diselesaikan hari ini, mengapa disisakan untuk hari esok? Wallahu a’lamu bish shawab. (dari berbagai sumber)

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman

Download App Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman