Oleh : Umi Mu’arifah, S.Kom., S.Pd
Siapa di antara kita saat ini yang tidak kenal artis K-pop? Oke, oke, hampir semua tahu, bukan? Tidak hanya di kalangan remaja putri bahkan juga emak-emak milenial. Beberapa faktor yang membuat para remaja di Indonesia lebih cenderung ke K-pop adalah lagu Korea yang easy listening. Bicara branding idol Korea memang jagonya, mulai dari album hingga merchandise selalu memiliki branding. Ditambah lagi fans service ini juga menjadi salah satu daya tarik yang unik para idol Korea yang tidak hanya mengandalkan tampang ganteng dan cantik. Mereka memang dipilih untuk dipersiapkan jadi bintang sehingga tidak heran penyanyi maupun bintang K-pop dibekali dengan berbagai macam keterampilan yang bisa mendukung karir masa depannya.
Gelombang Korea/ Demam Korea/ Korean Wave atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hallyu merupakan istilah buatan yang memiliki makna pengaruh budaya modern Korea di negara – negara lain di dunia termasuk salah satunya Indonesia. Virus budaya kontemporer Hallyu yang mengakibatkan “Demam Korea” sudah menginfeksi remaja Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir. Hal itu mendorong lahirnya sebuah fenomena fanatisme di mana para tokoh idola dari negeri ginseng tersebut menjadi kiblat dalam berperilaku bagi remaja dan generasi muda di tanah air pada proses pembentukan identitas dirinya.
Mendengarkan dan menghafalkan lagu K-pop adalah hal yang wajib bagi K-pop lover. Selanjutnya mereka pasti ingin tahu berita-berita tentang selebriti K-pop. Salah satu cara untuk tahu gosip viral di Korea adalah lewat Internet dengan menjadi stalker. Stalker adalah sebutan yang biasa dipakai untuk orang-orang yang kepo atau ingin tahu tentang kehidupan seseorang melalui sosial media. Berapa banyak waktu untuk semua itu?
Fans terkadang bersikap terlalu berlebihan dan fanatik sehingga memunculkan sikap yang sangat berlebihan pula. Tapi apakah remaja sekarang hanya sekedar having fun atau termasuk di antara mereka yang disebut fans fanatik? Atau bahkan masuk kategori sasaeng yang suka menyakiti diri sendiri demi mendapat perhatian idola, atau mengganggu kehidupan pribadi idola demi merasa dekat dengan mereka?
“Sasaeng bisa dikatakan mengalami gangguan jiwa karena sudah melakukan tindakan di luar batas wajar. Menyakiti diri sendiri, tidak pulang ke rumah selama berhari-hari demi ketemu idola, itu sudah tidak rasional. Disebut gangguan jiwa jika tertekan dan mengalami disfungsi sosial,” kata dokter Asmarahadi SpKj, psikiater Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jelambar, Jakarta Barat.
Sebagai pelajar, sebagai generasi muda yang kelak akan menggantikan pemimpin hari ini mengapa hanya disibukkan dengan urusan having fun semata? Seharusnya perkembangan dunia yang semakin global mampu meningkatkan daya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional. Teknologi bukan untuk diperangi, namun kehadirannya dapat dijadikan sarana multi fungsi dalam meningkatkan inovasi, kreatifitas, wawasan, dan daya saing generasi muda Islam sebagai upaya memperkuat peran dan eksistensinya dalam tatanan global kelak.
Setiap orang termasuk generasi muda tentunya pasti mempunyai rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya rasa penat dan bosan menghinggap karena kesibukan yang berjalan begitu saja. Secara fitrah manusia membutuhkan hiburan untuk memecahkan kebosanan. Oleh karenanya, Allah sebagai Sang Pencipta tahu betul kebutuhan dan perangai manusia, tidaklah melarang manusia untuk menghibur diri.
Allah menurunkan aturan hidup yang lengkap melalui utusan-Nya yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW. Dalam persoalan ini pun Islam telah memberikan solusinya. Bagi orang beriman hiburan sejati adalah hati yang tenang. Ketenangan hati akan diperoleh jika keimanan ada di dalam diri seseorang. Maka, hati orang beriman akan terhibur jika keimanan di dalam dirinya tumbuh subur dan selalu meningkat. Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’ad:28).
Terkait idola, hadis riwayat Muslim disebutkan, ” Anas bin Malik RA, ” Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu dia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?’ Rasulullah menjawab, ‘Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat?’ Orang tersebut menjawab, ‘Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai.’ Anas berkata, ‘Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda Nabi Muhammad SAW, ‘Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka’.”
Masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari masa anak – anak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi perubahan emosi dan perubahan sosial pada remaja. Masa remaja penuh dengan gejolak, penuh dengan pengenalan dan petualangan akan hal – hal baru dan masa pencarian jati diri. Untuk mencari jati diri mereka seorang remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan intelektualnya. Remaja dalam masa ini sangat labil dan menjadi mudah terpengaruh akan hal yang dilihat maupun hal yang terjadi sekitarnya.
Faktanya virus Gelombang Korea/ Demam Korea/ Korean Wave bukan permasalahan sepele, sebatas gandrung menikmati musik dan dramanya semata. Disamping produk hegemoni Barat, lebih dari itu, telah membawa problem yang serius bagi umat Islam, problem yang menyebabkan dekadensi akhlak dan dekonstruksi aqidah. Karenanya, segenap orang tua, mari kita rapatkan barisan, guna membentengi anak-anak kita dari serangan virus yang lahir dari globalisasi-modernisasi Barat. Yang tanpa sadar, keberadaannya dapat menghapus nilai-nilai ajaran agama Islam.
Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai, mengidolakan pelaku maksiat, maka dia akan bersamanya. Mengidolakan orang fasik atau non muslim, maka dia akan bersamanya di akherat. Na’udzubillah. Wallahu a’lamu bish shawab. (dari berbagai sumber)




